IKM Baru Perkuat Rantai Pasok Otomotif Nasional

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:43:09 WIB
IKM Baru Perkuat Rantai Pasok Otomotif Nasional

JAKARTA - Penguatan rantai pasok menjadi perhatian utama dalam pembangunan industri otomotif Indonesia beberapa tahun terakhir. 

Tantangan tingginya impor komponen, kebutuhan produksi yang terus meningkat, serta tuntutan daya saing global membuat kolaborasi antara pelaku industri besar dan IKM semakin krusial. 

Dalam perkembangan terbaru, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan bahwa hadirnya puluhan IKM baru mampu memperkokoh struktur manufaktur nasional.

Upaya ini merupakan bagian penting dari strategi substitusi impor sekaligus mendorong peningkatan kapasitas industri dalam negeri. Dengan semakin banyaknya pelaku IKM yang terintegrasi dalam ekosistem otomotif, efektivitas produksi dan kemampuan memenuhi permintaan pasar dinilai semakin meningkat.

Kolaborasi Industri Besar–IKM Percepat Pendalaman Struktur

Kemenperin mengumumkan bahwa industri otomotif kini diperkuat oleh puluhan IKM baru, seiring realisasi program Kemitraan IKM Alat Angkut dengan Industri Besar. Program tersebut menghasilkan penandatanganan 36 nota kesepahaman antara 33 IKM komponen otomotif dan 24 perusahaan besar sektor alat angkut.

“Inti dari kegiatan kita hari ini adalah bagaimana kita bisa menjalankan program kita yang disebut dengan substitusi impor, untuk memperkuat struktur industri,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resmi.

Agus menjelaskan bahwa industri alat angkut merupakan subsektor strategis yang terus menopang struktur manufaktur nasional. Pada Triwulan III 2025, sektor tersebut mencatat kontribusi 1,28 persen terhadap PDB nasional, angka yang menunjukkan perannya sebagai pilar industri besar di Tanah Air.

Selain itu, saat ini terdapat 39 pabrikan kendaraan roda empat dengan kapasitas produksi 2,39 juta unit per tahun, serta 82 pabrikan kendaraan roda dua dan tiga dengan kapasitas hingga 11,2 juta unit. Hingga Oktober 2025, produksi roda dua dan tiga mencapai 5,89 juta unit, dengan ekspor kendaraan utuh mencapai 460 ribu unit.

Produksi Nasional Meningkat, Tapi Tantangan Masih Besar

Dalam kategori roda empat, produksi tercatat mencapai 960 ribu unit, di mana 430 ribu unit—atau hampir setengahnya—berhasil memasuki pasar ekspor. Dengan rasio kepemilikan mobil di Indonesia sebesar 99 per 1.000 penduduk, peluang pertumbuhan industri otomotif dinilai masih terbuka sangat lebar.

Agus menekankan bahwa keberhasilan ekspansi industri otomotif bergantung pada peningkatan daya saing IKM komponen. Ia menilai kapasitas produksi nasional tidak akan optimal tanpa ekosistem pemasok lokal yang mampu memenuhi standar kualitas industri besar secara konsisten.

“Model seperti ini yang dapat terus-menerus mendukung upaya kita agar produksi di pabrik-pabrik otomotif bisa lebih efisien menurunkan biaya produksi, menekan ketergantungan impor, dan juga meningkatkan daya saing global mereka,” imbuhnya.

Data Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) mencatat terdapat 1.412 unit usaha IKM komponen alat angkut yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Daerah Istimewa Yogyakarta. IKM tersebut memproduksi komponen bodi dan sasis, knalpot, interior dan aksesori, komponen plastik dan karet, produk modifikasi, hingga pendingin radiator.

Keragaman produksi ini menunjukkan bahwa kemampuan domestik untuk menopang industri besar sebenarnya sudah kuat. Namun, masih ada sejumlah hal yang perlu dibenahi agar kerja sama IKM dan industri besar semakin optimal.

Tantangan Modernisasi Hingga Kesenjangan Teknologi

Di balik pertumbuhan IKM komponen, Agus tidak menampik masih adanya hambatan strategis yang harus dihadapi. Mayoritas IKM dinilai mengalami keterbatasan modal untuk modernisasi peralatan produksi. Selain itu, kesenjangan teknologi antara pemasok lokal dan pabrikan besar masih terasa.

Perbedaan standar manajemen mutu, sertifikasi, dan sistem audit juga menjadi tantangan lain yang perlu ditangani. Kemampuan produksi yang belum konsisten dalam skala besar menambah daftar pekerjaan rumah IKM di Tanah Air.

Masalah informasi juga menjadi sorotan. Banyak IKM dinilai belum memiliki akses yang optimal terhadap kebutuhan komponen dari produsen utama, sehingga kerap kesulitan menyesuaikan kapasitas dan spesifikasi produksi.

Tantangan tersebut diperburuk oleh tingginya angka impor komponen otomotif. Pada periode Januari–September 2025, nilai impor komponen mencapai USD 8,26 miliar. Jumlah ini melonjak lebih dari 20 persen dibandingkan periode sebelumnya, menjadi bukti bahwa ketergantungan terhadap produk luar negeri masih cukup besar.

Potensi Besar Jika IKM Mendapat Ruang Lebih Luas

Agus mengatakan bahwa peluang peningkatan nilai tambah industri nasional akan sangat besar apabila IKM diberi ruang lebih luas untuk terlibat dalam rantai pasok. Ia menegaskan bahwa mengurangi ketergantungan impor bukan hanya menekan biaya, tetapi juga menciptakan manfaat ekonomi yang lebih luas.

“Kalau saja bisa kita manfaatkan, kita berikan peluang bagi industri-industri di dalam negeri, khususnya IKM, sukses impor akan berhasil. Pendalaman struktur manufaktur kita juga akan tercapai dan pasti akan menciptakan nilai tambah bukan hanya untuk manufaktur, tapi juga untuk perekonomian nasional,” pungkasnya.

Dengan kolaborasi yang semakin intens antara IKM dan industri besar, langkah menuju industri otomotif nasional yang lebih mandiri semakin nyata. Apabila tantangan-tantangan strategis dapat diselesaikan secara bertahap, Indonesia berpotensi memperkuat posisi sebagai pusat produksi kendaraan yang kompetitif di kawasan Asia.

Terkini

Mitratel Fokus Pulihkan Ribuan Titik Jaringan Sumatra

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:27:48 WIB

Wings Air Buka Tiga Rute Baru dari Bandung 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:27:47 WIB

KM Sinabung Pelni Desember 2025: Rute dan Tiket Lengkap

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:27:44 WIB

Sugar Co Ambil Alih Tiga Pabrik Gula Milik ID FOOD

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:27:39 WIB

Jadwal DAMRI Jogja ke Bandara YIA, Tiket dan Rute Lengkap

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:27:30 WIB